Koneksi Antar Materi Modul 1.4: Budaya Positif
Berikut adalah simpulan mengenai peran saya dalam menciptakan budaya positif di sekolah. Sebagai seorang guru yang baik, penting bagi saya untuk memiliki kemampuan dalam mewujudkan budaya positif di lingkungan sekolah. Budaya positif dapat terwujud dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, pemahaman tentang motivasi perilaku manusia terkait hukuman dan penghargaan, posisi kontrol seorang guru, pembuatan keyakinan bersama di sekolah atau kelas, dan penerapan segitiga restitusi dalam menyelesaikan masalah.
Disiplin Positif
disiplin positif adalah pendekatan disiplin yang mengajarkan tanggung jawab kepada anak dan mengembangkan kesadaran diri berdasarkan nilai-nilai kebajikan. Disiplin positif lebih fokus pada disiplin internal yang memungkinkan siswa mengontrol tindakan mereka sendiri. Dengan disiplin diri, siswa dapat memahami dan menyadari tindakan mereka berdasarkan motivasi internal, bukan karena pujian atau hukuman.
Motivasi Perilaku Manusia.
Terdapat tiga motivasi perilaku manusia, yaitu menghindari ketidaknyamanan atau hukuman, mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain, dan menjadi diri mereka yang diinginkan dengan menghargai diri sendiri sesuai nilai-nilai yang mereka percaya.
Dengan memahami ketiga motivasi perilaku ini, guru dapat mengidentifikasi motivasi perilaku siswa. Jika siswa terdorong oleh motivasi untuk menghindari hukuman atau mendapatkan penghargaan eksternal, guru harus berupaya untuk membangun motivasi internal agar siswa menjadi pribadi yang menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Penting untuk menghindari penggunaan hukuman dan pemberian penghargaan yang berlebihan guna meminimalkan motivasi eksternal pada siswa.
Posisi Kontrol Seorang Guru.
Ada lima posisi kontrol yang dapat digunakan oleh seorang guru, yaitu sebagai penghukum, pembuat merasa bersalah, teman, pemantau, dan manajer. Diantara kelima posisi kontrol tersebut, sebaiknya seorang guru menggunakan posisi kontrol sebagai manajer. Sebagai manajer, guru melakukan kerja sama dengan siswa, memberi mereka tanggung jawab atas perilaku mereka, dan mendukung mereka dalam menemukan solusi atas masalah yang mereka hadapi. Posisi manajer mengacu pada restitusi, yang memungkinkan siswa menjadi manajer bagi diri mereka sendiri dan menciptakan identitas positif serta keberhasilan dalam diri mereka.
Pembentukan Keyakinan Kelas
Pembentukan keyakinan di sekolah atau kelas. Guru berperan dalam mewujudkan keyakinan bersama di sekolah atau kelas melalui kesepakatan antara guru dan siswa. Keyakinan tersebut berupa pernyataan universal yang mudah diingat dan dipahami, dan harus diterapkan dalam lingkungan sekolah.
Segitiga Restitusi
Penerapan segitiga restitusi dalam penyelesaian masalah. Sebagai seorang guru yang berperan sebagai manajer, saya menggunakan segitiga restitusi dalam penyelesaian masalah dengan melalui tiga tahap, yaitu yaitu menstabilkan identitas , validasi tindakan yang salah dan menanyakan keyakinan
Tujuan dari hal ini adalah menciptakan siswa yang mandiri dan bertanggung jawab. Terdapat keterkaitan antara materi budaya positif dengan tiga materi sebelumnya.
Dengan menjalankan budaya positif di sekolah, kita akan lebih mudah mencapai tujuan pendidikan nasional sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara, yaitu pendidikan yang berfokus pada perkembangan potensi yang ada pada siswa, serta mewujudkan sekolah yang nyaman, aman, dan berpihak pada siswa. Untuk mewujudkan visi ini, penting bagi seorang guru untuk memiliki 5 Nilai Guru Penggerak, yaitu berpihak pada siswa, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan inovatif. Kolaborasi antara semua anggota sekolah dengan keyakinan sekolah yang disepakati dan dijalankan bersama juga akan mendorong terwujudnya budaya positif.
Sebagai seorang guru penggerak, salah satu perubahan yang diinginkan adalah terbentuknya budaya positif agar menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman, aman, dan berpihak pada siswa. Untuk mewujudkan visi ini, dibutuhkan upaya kolaboratif sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara dan profil pelajar Pancasila.
Refleksi Pemahaman
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?
Setelah mempelajari konsep-konsep inti dalam Modul budaya positif, seperti disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi, saya menyadari bahwa semua konsep tersebut harus benar-benar dipahami dan diwujudkan dalam tindakan serta dibagikan kepada rekan guru di sekolah.
Salah satu hal yang menarik bagi saya adalah saat mempelajari motivasi perilaku manusia terkait dengan penghargaan. Saya menyadari bahwa penghargaan ternyata dapat memiliki dampak negatif bagi siswa, seperti merusak hubungan, mengurangi ketepatan, menurunkan kualitas, dan mematikan kreativitas. Penghargaan dapat bersifat menghukum. Hal ini merupakan perubahan yang di luar dugaan bagi saya.
Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?
Setelah menyadari hal tersebut, saya mulai memahami bahwa posisi kontrol yang sering saya lakukan sebagai penghukum dan pemantau seharusnya berperan sebagai manajer.
Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?
Saya mulai menggunakan segitiga restitusi dalam penanganan masalah. Sebagai contohnya, saya menghadapi siswa yang sering terlambat mengikuti apel pagi dan jam pertama. Saya menggunakan langkah-langkah dalam segitiga restitusi, yaitu menstabilkan identitas siswa, mengakui tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan siswa.
Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami hal-hal tersebut?
Perasaan saya sangat termotivasi untuk terus memperbaiki diri sesuai dengan nilai-nilai budaya positif di sekolah.
Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu diperbaiki?
Hal yang sudah baik menurut saya adalah mulai munculnya motivasi internal pada siswa untuk melaksanakan budaya positif sesuai dengan nilai-nilai kebajikan yang diyakini. Namun, hal yang perlu diperbaiki adalah posisi guru yang seharusnya berperan sebagai manajer.
Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini, posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya?
Sebelum mempelajari modul ini, posisi kontrol yang saya lakukan sebagai penghukum dan pemantau selalu membuat saya merasa bersalah karena harus memberikan hukuman atau konsekuensi saat siswa berbuat kesalahan. Namun, setelah mempelajari modul ini, saya mulai menerapkan posisi manajer dalam penyelesaian masalah. Perasaan saya menjadi sangat tenang dan saya mulai menyadari pentingnya komunikasi yang efektif untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab pada siswa.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya?
Pernah, namun sebelumnya saya hanya menggunakan satu tahapan dalam segitiga restitusi, yaitu menstabilkan identitas dengan memberikan pernyataan seperti "Setiap orang pasti pernah berbuat kesalahan atau tidak ada manusia yang sempurna."
Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?
Hal lain yang penting dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif adalah melakukan kolaborasi antara sekolah dan orang tua siswa. Budaya positif ini tidak hanya harus dilakukan di kelas atau sekolah saja, tetapi juga di rumah. Hal ini bertujuan agar budaya positif menjadi suatu kebiasaan atau karakter saat siswa berada di lingkungan sekolah atau di lingkungan manapun.
0 Response to "Koneksi Antar Materi Modul 1.4: Budaya Positif"
Posting Komentar